SINGARAJA BALI KUTA OLIMPIADE TOFI PENDIDIKAN buleleng smun1singaraja sman singaraja smun1singaraja smun 1 singaraja sma 1 singaraja lovina travel smansa sekolah smansa 98 98 Bali smansa singaraja denpasar sma1 smu1 smp1 sma smu smun smu negeri singaraja sma 4 singaraja smk1 smun1 hotel travel to bali jalan-jalan balinesse dance hotel reservation bali beach nusa dua benoa kuta ubud kintamani bedugul
::: Smansa98 News Text ::: Wedding Reception on Sept 18th 2010 6.30 PM, ARSA W. and GINA ,Garden Hall - Hotel Singaraja ::: Berita Pernikahan : YUSADANA dan NIA , Desa Telaga Busungbiu 9 September 2010 15PM ... SELAMAT BERBAHAGIA :::

Wednesday, July 29, 2009

weh...ada SINGARADJA indonesisch restaurant

dapet di : www.singaradja.nl


" Een traditioneel Indonesisch Restaurant in een modern jasje. Traditioneel omdat er drie generaties werken die ook al hun gerechten en smaken inbrengen.Op de kaart staan gerechten uit verschillende delen van Indonesië, waarbij de 'klassiekers' en rijsttafels natuurlijk niet ontbreken. Varkensvlees eten is er bij ons overigens niet bij. Onze geregeld wisselende wijnkaart maakt uw avondje (rijst)tafelen helemaal compleet. "


nah Looo !!! afgi, tolong terjemahin !!
mbah google terjemahannya kaya gini :


"J tradisional Indonesia di restoran modern jaket. Tradisional, karena ada tiga generasi yang bekerja semua hidangan dan rasa inbrengen.Op menu hidangan dari berbagai daerah di Indonesia, yang klasik dan meja beras jelas tidak kurang. Babi adalah makan malam kami tidak. Kami secara teratur mengubah daftar anggur yang membuat sore (beras) makan lengkap. "

dooohh...kacauu..
englishnya aja dehhh

" A traditional Indonesian restaurant in a modern jacket.
Traditionally, because there are three generations that work all their dishes and flavors inbrengen.Op the menu dishes from different parts of Indonesia, the classics and rice tables clearly not lacking.
Pork dinner is on us not to. Our regularly changing wine list makes your evening (rice) meal complete. "


menunya:

• Daging Rendang (pittig rundvleesgerecht)
• Daging Semur (rundvleesgerecht in ketjapsaus)
• Abon Singaradja (pittige rundvleesvezels)
• Ayam Bali (kip in pittige sambalsaus)
• Ayam Pangang Ketjap (kip in ketjapsaus)
• Saté Ayam (2 stokjes kipsaté)
• Saté Kambing (2 stokjes lamssaté)
• Sambal Goreng Telor (eieren in pittige saus)
• Sambal Goreng Buncis (pittige boontjes)
• Sajorr Lodeh (diverse groenten in boullion)
• Sambal Goreng Peté (gekruide peté-bonen)
• Gado-Gado (groentenschotel met een pindasaus)
• Seroendeng (gekruide cocos met pinda’s)
• Sambal Goreng Tempe (zoetpittig sojagerecht)
• Atjar Tjampoer (zoetzure groenten)
• Pisang Goreng (gebakken banaan)
• Roejak Manis (vruchtjes in zoetpittige saus)
• Kroepoek en Sambal Bajak
• Spekkoek (gekruide koek voor bij de koffie)



Tempatnya disini nih , afgi silahkan ke TKP !




• Ginnekenweg 24 • 4818 JE Breda • telefoonnummer [076] 514 79 00

Monday, July 27, 2009

Dari Biografi Sukarno , Penjambung Lidah Rakjat



...............................selengkapnya download di sini ......

Aku adalah anak dari seorang ibu kelahiran Bali dari kasta Brahmana. Ibuku, Idaju, asalnja dari keturunan bangsawan. Radja Singaradja jang terachir adalah paman ibu. Bapakku berasal dari Djawa. Nama lengkapnja Raden Sukemi Sosrodihardjo. Dan bapak berasal~dari keturunan Sultan Kediri. Lagi-lagi, merupakan suatu kebetulan ataupun suatu takdir padaku bahwa aku dilahirkan dalam lingkungan kelas jang berkuasa. Namun betapapun asal kelahiranku ataupun nasibku, pengabdianku untuk kemerdekaan rakjatku bukanlah suatu keputusan jang tiba-tiba. Aku mewarisinja. Semendjak ta-hun 1596, jaitu pada waktu Belanda per tamakali menjerbu kepulauan kami, maka tindakan Belanda menguasai daerah kami dan perlawanan kami jang sia-sia dalam merebut kembali tanah-pusaka kami telah membikin hitam Iembaran-lembaran dalam sedjarah kami. Kakek dan mojangku dari pihak ibu adalah pedjuang-pedjuang kemerdekaan jang gagah. Mojangku gugur dalam Perang Puputan, suatu daerah dipantai utara Bali ditempat mana terletak Keradjaan Singaradja dan dimana telah berkobar pertempuran sengit dan bersedjarah melawan pendjadjah. Ketika mojangku menjadari, bahwa semuanja telah hilang dan tentaranja tidak dapat menaklukkan lawan, maka ia dengan sisa orang Bali jang bertjita-tjita mengenakan pakaian serba putih, dari kepala sampai kekaki. Mereka menaiki kudanja, masing masing menghunus keris, lalu menjerbu musuh.

Mereka dihantjurkan. Radja Singaradja jang terakhir setjara litjik dikeluarkan oleh Belanda dan keradjaannja. Kekajaannja, tempat tinggal, tanah dan semua miliknja dirampas. Mereka mengundangnja kesebuah kapal perang untuk berunding. Begitu sampai diatas kapal, Belanda menahannja setjara paksa, lalu berlajar dan mendjebloskannja ketiempat pembuangan. Setelah Belanda menduduki istananja dan merampas miliknja, keluarga ibu djatuh melarat. Karena itu kebentjian ibu terhadap Belanda tak habis-habisnja dan ini disampaikannja kepadaku.Ditahun 1946, ketika itu umur ibu sudah lebih dari 70 tahun, Republik kami jang masih muda terlibat dalam pertempuran-pertempuran djarak dekat dengan musuh. Dalam suatu pertempuran, pasukan kami berkumpul dipekarangan belakang rumah ibu di Blitar. Kisah ini kemudian ditjeritakan oleh pedjuang gerilja kepadaku, ,,Ditempat ini keadaan gerakan kami tenang sekali. Kami semua tiarap menunggu. Rupanja ibu tidak mendengar apa-apa dari pihak kita. Tidak ada tembakan, tidak ada teriakan. Dengan mata jang bernjala-njala beliau keluar mendatangi kami, 'kenapa tidak ada tembakan ? Kenapa tidak bertempur ? Apa kamu semua penakut ?

Kenapa kamu tidak keluar menembak Belanda Hajo, terus, semua kamu, keluar dan bunuh Belanda-Belanda itu !'" Pihak bapakpun adalah patriot-patriot ulung. Nenek dari nenek bapak kedudukannja dibawah seorang Puteri, namun dia seorang pedjoang-puteri disamping pahlawan besar kami, Diponegoro. Dengan menaiki kuda dia mendampingi Diponegoro sampai menemui adjalnja dalam Perang Djawa jang besar itu, jang berkobar dari tahun 1825 sampai tahun 1830.Sebagai kanak-kanak aku tidak mendapat tjeritera-tjeritera seperti ditelevisi atau tjeritera Wild West jang dibumbui. Ibu selalu mentjeritakan kisah-kisah kebangsaan dan kepahlawanan. Kalau ibu sudah mulai bertjerita, aku lalu duduk dekat kakinja dan dengan haus meneguk kisah-kisah jang menarik tentang pedjoang-pedjoang kemerdekaan dalam keluarga kami. Ibupun mentjeritakan tentang bagaimana bapak merebutnja. Semasa mudanja ibu mendjadi seorang gadis-pura jang pekerdjaannja membersihkan rumah-ibadat itu setiap pagi dan petang. Bapak bekerdja sebagai guru sekolah rendah gubernemen di Singaradja dan setelah selesai sekolah sering datang kelubuk dimuka pura tempat ibu bekerdja untuk menikmati ketenangannja.

Pada suatu hari ia melihat ibu. Pada kesempatan lain ketika duduk lagi dekat lubuk itu ia melihat ibu sekali lagi. Setelah sore demi sore berlalu, ia menegur ibu sedikit. Ibu mendjawab. Segera ia merasa tertarik kepada ibu dan ibu kepadanja. Seperti biasanja menurut adat, bapak mendatangi orangtua ibu untuk meminta ibu setjara beradat. ,,Bolehkah saja meminta anak ibu-bapak ?" Orangtua ibu lalu mendjawab ,,Tidak bisa. Engkau berasal dari Djawa dan engkau beragama Islam. Tidak, sekali-kali tidak ! Kami akan kehilangan anak kami. 'Seperti halnja dengan keadaan sebelum Perang Dunia Kedua, perempuan Bali tidak ada jang mengawini orang luar. Jang kumaksud bukan orang luar dari negara lain, akan tetapi orang luar dari pulau lain. Waktu itu tidak ada perkawinan tjampuran antara satu suku dengan suku lain samasekali.

Kalaupun terdjadi bentjana sematjam ini, maka pengantin baru itu diasingkan dari rumah orangtuanja sendiri. Suatu keistimewaan dari Sukarno, ia dapat menjatukan rakjatnja. Warna kulit kami mungkin berbeda, bentuk hidung dan dahi kami mungkin berlainan lihat orang Irian hitam, lihat orang Sumatra sawomatang, lihat orang Diawa pendek-pendek, orang Maluku lebih tinggi, lihat orang Lampung mempunjai bentuk sendiri, rakjat Pasundan mempunjai tjiri sendiri, akan tetapi kami tidak lagi djadi inlander atau menganggap diri kami orang-asing satu sama lain. Sekarang kami sudah mendjadi orang Indonesia dan kami satu. Sembojan negeri kami Bhineka Tunggal Ika ,,Berbeda-beda tapi satu djua',.Kembali kepada kisah bapakku, betapa sukanja situasi ketika ia hendak mengawini ibu. Terutama karena ia resminja seorang Islam, sekalipun ia mendjalankan Theosofi. Untuk kawin setjara Islam, maka ibu harus menganut agama Islam terlebih dulu. Satu-satunja djalan bagi mereka ialah kawin lari. Kawin lari menurut kebiasaan di Bali harus mengikuti tata-tjara tertentu.

Kedua merpati itu bermalam dimalam perkawinannja dirumah salah seorang kawan. Sementara itu dikirimkan utusan kerumah orangtua sigadis untuk memberitahukan bahwa anak mereka sudah mendjalankan perkawinannja. Ibu dan bapakku mentjari perlindungan dirumah Kepala Polisi jang mendjadi kawan bapak. Keluarga ibu datang mendjemputnja, akan tetapi Kepala Polisi itu tidak mau melepaskan. ,,Tidak, dia berada dalam perlindungan saja," katanja. Bukanlah kebiasaan kami untuk menghadapkan pengantin kemuka pengadilan, sekalipun orangtua tidak setudju. Akan tetapi kedjadian ini adalah keadaan jang luarbiasa ketika itu. Bapak seorang IslamTheosof dan ibu seorang Bali Hindu-Buddha. Pada waktu perkara itu diadili, ibu
ditanja, ,,Apakah laki-laki ini memaksamu, bertentangan dengan kemauanmu sendiri ?" Dan ibu mendjawab, ,,Tidak, tidak. Saja mentjintainja dan melarikan diri atas kemauan saja sendiri."Tiada pilihan lain bagi mereka, ketjuali mengizinkan perkawinan itu. Sekalipun demikian pengadilan mendenda ibu 25 ringgit, jang nilainja sama dengan 25 dollar. Ibu mewarisi beberapa perhiasan emas dan untuk membajar denda itu ibu mendjual perhiasannja.Karena bapak merasa tidak disukai orang di Bali, ia kemudian mengadjukan permohonan kepada Departemen Pengadjaran untuk dipindahkan ke Djawa. Bapak dikirim ke Surabaja dan disanalah putera sang fadjar dilahirkan.


......................................................

Tuesday, July 21, 2009

Renungan Bagi Kita Semua

JAKARTA, kompas..com - Bagi sebagian orang, memaafkan mungkin salah satu hal yang paling sulit dilakukan. Apalagi jika harus memaafkan orang yang telah membunuh anggota keluarganya. Namun lain halnya dengan Victor Mocodompis (70), yang anaknya Evert Mocodompis, tewas akibat ledakan bom di JW Marriott dan Ritz Carlton Jumat (17/7) lalu.

Evert mengaku ia dan keluarga besar Mocodompis telah memaafkan siapapun yang menjadi dalang dan pelaku bom di kawasan Kuningan yang telah menewaskan putra keduanya itu. "Ada tertulis, jika pipi kananmu ditampar maka berikanlah pula pipi kirimu. Kasihilah musuh-musuhmu. Dari hati yang paling dalam saya sudah maafkan mereka," kata Victor dengan nada lirih, Senin (20/7).

Padahal sejak wafatnya Evert, praktis keluarga Victor Mocodompis kini hanya menyisakan satu anak. Yakni Jefry Mocodompis, si putra bungsu. "Evert adalah putra kedua. Dua orang saudaranya juga sudah lebih dulu mendahuluinya," kata Edward seorang kerabat Victor Mocodompis di GPIB Kasih Karunia.

Kesedihan makin mendalam, mengingat Evert juga meninggalkan istrinya Ratna dan dua buah cinta mereka. Adalah Angel (5), putri pertama pasangan Evert dan Ratna. Sementara putra keduanya yang bahkan belum sempat diberi nama tak sempat pula dilihat oleh almarhum. Maut ternyata lebih dulu menjemput Evert sebelum ia sempat melihat putra keduanya lahir ke dunia.

Sementara Ratna, wanita asal Klaten yang dinikahi Evert enam tahun silam, masih dalam perawatan pascamelahirkan di salah satu rumah sakit di Ciledug. Kesedihan Ratna tentu makin berlipat karena ia sendiri tak mampu hadir menyaksikan pemakaman sang suami karena kondisinya yang masih lemah.

Meskipun merasakan kepedihan yang mendalam, Victor mengaku menyerahkan semuanya kepada rencana Tuhan. Agaknya bagi Victor, meskipun si pelaku berhasil menghilangkan nyawa Evert, namun tidak demikian dengan jiwa dan kenangannya bersama putra tercintanya itu. "Evert akan tetap ada di hati kami", ujar pria asal Sangir, Sulawesi Utara ini.